Pentingnya Mengajarkan Maaf Sejak Dini
Tadi siang, pas janji makan siang dgn kawanku di salah satu warung di Jombang.
Seorang bocah 4 tahunan, berlarian di warung yg tdk terlalu besar itu, melompat, dan puncaknya, ia memainkan botol saos.. Dan terlempar..
Dramatisnya,
Takdir ALLAH , diantara banyaknya pengunjung warung, akulah yg terpilih kecipratan saos..
Pas! Kena kerudung ku!
Detik selanjutnya..
Si anak kena marah oleh ibunya..
Namun diantara puluhan kata marah yg terlontar ke anak itu, tak satupun ada instruksi sang bunda yg menyuruhnya meminta maaf..
Sekitar 30 menit setelahnya..
Saat akan meninggalkan warung, barulah sang bunda tergopoh-gopoh mendekatiku dan meminta maaf atas nama anandanya..
" Ngapunten nggeh mbak.. Niki anak kulo..". Ucapnya malu-malu.
" Oh, gpp mbak.. ". Jawabku.
Its clear.. Case close!
#
Aku gak sakit hati lantaran aksi anak 4 tahun itu.
Aku dah terbiasa berada ditengah hingar bingar kelakuan aktif kreatif fantastis bombastis anak-anak kampung dan anak kompleks yg suka ngumpul dirumah kami
..
Apalagi kelakuan anakku yang sangattt.. Yaa.. Begitulah..
Yang menyedihkan adalah ketika seorang ibu, tak mengajarkan anak akan pentingnya meminta maaf sejak dini..
*
Saya dan suami, mengajarkan benar pentingnya minta maaf.
Urusan tidak dimaafkan oleh org yg kita dzalimi tanpa sengaja, adalah perkara nomer sekian..
Minta maaf dulu..!
Dimaafkan belakangan!
Pernah anakku uring-uringan, karena Laura, teman perempuan disekolahnya, yg digodanya sampai menangis,
Tak menerima maafnya sampai berhari-hari..
Sebatang coklat dari Thoriq, pun tak meluluhkan ngambek Laura..
" Cewek emang gitu mas Thoriq.. Yang penting udah minta maaf..".
Nasihat abinya. Dan dia tersenyum.
Bagian ini, sudah masuk fase pembicaraan lelaki. Saya ga ikut-ikut biasanya.
Begitulah..
Keluarga kami berusaha keras belajar tentang Pentingnya meminta 'Maaf'.
**
Saya mengenal sebuah keluarga yg terlalu meremehkan kata 'maaf'.
Salah satu pemuda dari keluarga itu, jadi produk nyata, betapa buruknya tak pernah diajarkan meminta maaf sejak kecil, terutama oleh ibu..
Ibu dan anak, akhirnya sama-sama terbiasa..
Sang anak, terbiasa gak tau cara meminta maaf atas semua tingkah lakunya yg merugikan orang lain..
Sebaliknya, ibundanya, pun sangat terlatih.. Memintakan maaf, atas nama anandanya..
Dari kecil..
Sampai dewasa..
Semua kesalahan anandanya, sang ibunda, selalu pasang badan untuk meminta maaf..
Lengkap sepaket..
Sang ibunda yg pasang badan
Sang ibunda yg cari akal ,
Sang ibunda jg yg putar otak untuk menyelesaikan setiap persoalan buruk yg dikerjakan anaknya..
Dan anaknya..
Hanya menjadi manusia besar badan..
Tapi tak bisa menghadapi kehidupan..
Tak terbiasa menyelesaikan persoalan..
Seiring waktunya, hidupnya hanya jadi trouble maker..
Mungkin sekarang aman..
Ibunda masih berdiri disana dan pasang badan..
Entah kelak bagaimana jadinya..
Jika ibunda tak ada..
Dan dia tak punya pengalamanan untuk berkata:
Maaf..
Entahlah..
Dan aku tak mau itu terjadi pada anakku..
Terutama karena dia laki-laki..
Dia akan jadi kepala keluarga..
Yang harus siap memimpin setiap penyelesaikan semua persoalan dalam rumah tangganya..
Yana
*menulis adalah menasehati diri sendiri
sumber : Facebook Yana Nurliana